MAJALAH BERITA TERKINI ISU HOT

Get cash from your website. Sign up as affiliate.

Selasa, 21 September 2010

OPEN HOUSE

PERBAIKI KINERJA & MEKANISME OPEN HOUSE
Pada hari pertama setelah lebaran, presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengadakan open house. Acara ini diselenggarakan untuk bersilaturahmi antara presiden dengan masyarakat indonesia. Acara ini berlangsung di Cikeas Bogor. Presiden-presiden indonesia sebelumnya tidak pernah mengadakan acara demikian. Masyarakat dari berbagai daerah datang hanya untuk bersilaturahmi dengan presiden. Intinya, mereka hanya berjabat tangan dengan presiden. Iya hanya itu saja. Mereka tidak dapat mengeluarkan unek-unek barang sebentar pun, apalagi menyuarakan kepentingan mereka pada sang presiden secara langsung. 
Ada beberapa hal yang perlu dikritisi dari kegiatan open house dengan dalih silaturahmi semacam itu. Pertama, kegiatan open house itu harus dilihat dari segi manfaatnya. Manfaatnya untuk apa? apa manfaat bagiku? jelas, bagi presiden namanya semakin populer, akan tetapi bagi rakyat manfaatnya apa? Mendapat sedekah? dalam open house itu setelah berjabat tangan, masyarakat yang sebagian besar masyarakat kecil itu mendapatkan bingkisan amplop yang berisi beberapa puluh ribu. Hal ini menjadikan open house sebagai ajang pembagian sedekah. Masyarakat pun berbondong-bondong masuk ke kediaman presiden di Cikeas untuk mendapat pembagian gratis itu. Berdesak-desakan mereka hingga terjadi dorong mendorong, setelah itu terjatuhlah beberapa orang. Dan salah seorang meninggal dunia di tempat kejadian bernama Johny Malela seorang tunanetra.
Pembagian sedekah itu bukanlah solusi mengentaskan kemiskinan di negeri ini. Solusi tepat adalah pembagian sedekah atau infak atau yang lainnya hendaknya disalurkan pada lembaga amil yang berwenang seperti BAZIZ atau BAZ. Justru, pembagian sedekah dengan kedok open house semcam itu membawa bencana jika tidak diatur secermat mungkin seperti yang terjadi hari-hari lalu. Masyarakat kecil yang menjadi korban untuk mendapat pembagian gratis yang tidak seberapa. Kejadian pembagian sedekah yang berakhir tragis sudah berulang-ulang kali terjadi di Indonesia. Dan sekarang terjadi lagi. Saya heran kenapa presiden tidak mengambil pelajaran dari kejadian sebelumnya yakni pembagian zakat di Pasuruan yang menewaskan puluhan orang yang terinjak-injak. Seperti telah disebutkan sebelumnya, rata-rata yang menghadiri open house atau pembagian sedekah adalah masyarakat tak mampu. Mereka rata-rata pula berpendidikan rendah sehingga tidak mengerti budaya antri atau manfaat mengantri. Mereka sudah terbiasa rawan dengan keamanan dirinya. Mereka berpikir untuk mendapatkan sesuatu harus berebut, tanpa mengerti arti budaya antri. Kita yang berpendidikan tinggi sudah mengerti budaya antri dan mematuhinya. Tapi bagi mereka, budaya antri masih kurang masuk dalam logikanya sehingga mereka tak jarang berebut sesuatu tanpa antri karena kebiasaan mereka dan kurang pendidikan. Jadi rasanya pembagian sedekah atau open house presiden kurang tepat diterapkan sekarang ini, apalagi bagi masyarakat kecil yang tak mengetahui arti penting kata antri. Kalau open house dipaksakan atau pembagian sedekah dipaksakan dengan mengundang masyarakat maka kejadian pembagian sedekah berdarah akan terus terjadi. Korban tewas akan terus terjadi akibat terinjak-injak ataupun kepanasan atau kehabisan udara.
Kita kembali pada contoh teladan pemimpin islam berhasil terdahulu seperti Umar bin Abdul Aziz dimana tidak pernah mengadakan open house atau pembagian sedekah. Akan tetapi, Umar hanya membagikan sedekah pada jalurnya yang tepat yakni BAZIZ atau badan amil zakat. Dan badan amil zakat itu menyalurkan sedekah ke orang-orang tak mampu langsung ke rumah masing-masing. Jadi tak ada pembagian zakat berdarah atau open house presiden yang memakan korban jiwa. Umar hanya pernah mengumpulkan masyarakat di lapangan terbuka, lalu berdiskusi dengan mereka. Kalau memang tujuan open house untuk mendekatkan presiden dengan  masyarakat maka contohlah Umar dengan mengumpulkan masyarakat di lapangan terbuka lalu berdiskusi. Hal ini juga pernah dilakukan presiden Soekarno, Marthin Luther King, dll. Hanya mereka komunikasi atau ceramah, tapi Umar berdiskusi atau komunikasi dua arah. 
Untuk mencegah hal-hal buruk terjadi lagi maka kegiatan open house seperti itu yang ‘menggunduli’ fungsi badan amil hendaknya diganti dengan kegiatan yang lebih memberikan nilai positif dan manfaat daripada mudaratnya. Misalnya, presiden bisa mengadakan acara silaturahmi dengan mendatangi masyarakat. Selain itu, untuk lebih menyerap aspirasi rakyat hendaknya presiden membuka satu badan khusus sebagai penyerap aspirasi rakyat. Hanya dengan itulah inti dari silaturahmi tersambungkan. Karena arti dari silaturahmi adalah berkasih sayang.
Akhir kata penulis berdoa, mudah-mudahan negeri ini dilimpahkan oleh Allah SWT seorang pemimpin adil dan cakap, sebagai Negara yang aman sentosa, makmur dan dipenuhi kasih sayang antara pemimpin dan rakyatnya dan rakyat dengan rakyatnya. Mudah-mudahan negeri ini juga dilimpahi ampunan dan rahmat dari Allah SWT. Dan semua itu tidak akan terwujud kalau tidak ada niat baik dari masing-masing individu, presiden dan rakyatnya. Ayo bangkit Indonesia!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar